Sabtu, 08 Oktober 2011

Permainan Panas Sang Dosen

Cerita ini terjadi saat saya kuliah dulu. Saya saat itu sangat
pemalu dan tidak banyak teman wanita. Ceritanya begini,
pada waktu ujian tengah semester, saya dipanggil ke rumah
dosen wanita yang masih agak muda, sekitar 26 tahun. Ia
juga lulusan dari perguruan tinggi tersebut. Dipanggil ke
rumahnya karena saya diminta untuk mengurus keperluan
dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke
rumahnya sekitar jam 7 malam. Saat itu rumahnya hanya
ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik).
Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.
Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak
karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat
payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia
ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya
yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat
besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar
36B. Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu,
saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi
memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi
kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada
saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya.
Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat
(karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen
saya ukurannya juga besar.
Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya
berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada
pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada
yang sintal..?”
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga
bersedia nyusuin kamu.”
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja,
“Oh.., boleh juga tuh Bu..!”
Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang
kerjanya.
Saat kami masuk, ia berkata, “Andre, tolong liatin ada apaan
sih nih di punggung Ibu..!”
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya.
Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa
kok Bu..!”
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun
tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat
punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia
menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal
dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan
benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.
Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil
membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya
banyak ditumbuhi bulu yang lebat.
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan
aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”
Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun
tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya.
Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia
membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat
batang kejantanan saya.
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya
memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”
Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum
penis saya hingga biji kemaluan saya.
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah
dihisap seperti ini..!” desah saya.
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan
mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya,
nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya
untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.
Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari
saya.
“Ah.. Andre, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan
penismu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan
batang kemaluan saya ke liang senggamanya.
“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya
Bu..?” tanya saya.
“Iya Andre, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu
Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.”
jawabnya.
Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat
dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh…
besar sekali penismu, tidak masuk ke vaginaku, ya Ndre..?”
“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha
memasukkan batang keperkasaan saya.
Kemudian, untuk melonggarkan lubang vaginanya, saya
pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga
mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan
liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka
dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya.
“Ohhh… ohhh… Terus Ndre, masukkan terus, jangan
ragu..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya,
akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang
kewanitaannya.
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti
dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”
Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar
masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah
mengeluarkan cairan vaginanya.
“Oh Andre, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali
cairan itu.
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-
mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang
dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep..
sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya
sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar
sampai ke luar ruang kerjanya.
Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip
permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-
remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu
melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya
sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju
mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat
tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri,
dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.
Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di
atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke
atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi
seperti itu.
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di
atas tubuh saya.
15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.
“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun
orgasme.” batin saya.
Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti
posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di
depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas
dinding rahimnya.
“Oh.. oh.. Andre, pelan-pelan Ndre..!” katanya.
Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang
kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian
ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.
“Ah Andre, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya
sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang
banyak itu.
Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya.
Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena
ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan
yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami
mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap
badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah
dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia
membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan
saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan
nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun).
Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya
berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya
dan yang pertama bagi saya.
“Oh Andre, aku mau keluar lagi..!” katanya.
Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian
saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian
mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya
sambil mengusap-usap lembut.
“Oh Andre, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang
dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat
orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Andre.
Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali
saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.

1 komentar: